Suhu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja panel surya monokristalin .Setiap panel surya memiliki koefisien suhu daya, yang menentukan seberapa besar penurunan efisiensinya seiring dengan peningkatan suhu. Panel surya monokristalin biasanya memiliki koefisien suhu sekitar -0,3% hingga -0,5% per derajat Celcius. Artinya, untuk setiap derajat Celsius di atas 25°C (yang dianggap sebagai kondisi pengujian standar atau suhu STC), keluaran daya panel berkurang sebesar persentase ini.
Ketika suhu meningkat, bahan semikonduktor dalam sel surya menjadi kurang efisien dalam mengubah sinar matahari menjadi listrik. Misalnya, jika panel monokristalin beroperasi pada suhu 40°C dan bukan 25°C, panel tersebut dapat mengalami penurunan output sebesar 10-15%. karena peningkatan suhu.
Temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan tegangan keluaran sel surya. Tegangan turun lebih signifikan dibandingkan arus dengan meningkatnya suhu, sehingga mengurangi keluaran daya secara keseluruhan. Hal ini karena peningkatan panas menyebabkan pita energi pada bahan silikon "menyebar", sehingga mengurangi energi yang tersedia untuk menghasilkan arus.
Di iklim yang sangat panas atau instalasi yang berventilasi buruk, panas berlebih dapat terjadi, sehingga semakin menurunkan kinerja panel. Jika panel surya menjadi terlalu panas, hal ini dapat menyebabkan degradasi jangka panjang, sehingga mengurangi umur panel secara keseluruhan.
Panel monokristalin, meski masih terpengaruh oleh suhu, umumnya berkinerja lebih baik di iklim panas dibandingkan jenis panel lainnya, seperti polikristalin atau film tipis. Hal ini disebabkan efisiensinya yang lebih tinggi pada kondisi pengujian standar. Namun, perangkat ini masih sensitif terhadap suhu tinggi, dan harus berhati-hati saat memasangnya di area dengan musim panas yang sangat terik.
Inverter dan komponen lain di tata surya juga dipengaruhi oleh suhu. Inverter, yang mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak-balik (AC) untuk digunakan di rumah dan bisnis, mungkin beroperasi kurang efisien atau mati jika terlalu panas.
Ventilasi dan Aliran Udara: Memasang panel surya dengan ventilasi yang memadai atau menggunakan sistem pemasangan yang ditinggikan dapat meningkatkan aliran udara dan mengurangi penumpukan panas. Penggunaan Komponen Berperingkat Suhu Tinggi: Beberapa panel dirancang untuk menangani suhu yang lebih tinggi, dan memilih panel dengan koefisien suhu yang lebih rendah dapat membantu mengurangi hilangnya kinerja.
Pemasangan di Iklim yang Lebih Dingin: Meskipun sulit untuk mengubah kondisi lingkungan, area dengan suhu rata-rata yang lebih dingin (seperti dataran tinggi atau wilayah pesisir) dapat membantu memastikan kinerja tata surya yang lebih baik dalam jangka panjang. Singkatnya, suhu berdampak negatif terhadap kinerja tata surya monokristalin. panel, terutama dengan mengurangi efisiensi dan keluaran daya seiring kenaikan suhu. Namun, panel ini masih lebih toleran terhadap suhu dibandingkan jenis sel surya lainnya, dan dengan pertimbangan pemasangan dan desain yang tepat, kehilangan kinerja akibat panas dapat diminimalkan.